- Back to Home »
- Mobile Commerce dan perkembangannya
Posted by : Unknown
Transaksi niaga berbasis telepon selular berkembang tidak
hanya di sektor jasa keuangan. Sektor ritel akan semakin menyelam lebih jauh di
jalur bisnis ini. Pengguna perangkat mobile
terus menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Bahkan, satu orang kini
bisa memiliki lebih dari satu perangkat mobile. Bukan tidak mungkin nantinya
jumlah perangkat mobile yang digunakan bisa lebih besar daripada jumlah
penduduk. Hasil studi Accenture dari 1.100 responden di Asia menunjukkan bahwa
pasar ponsel Asia tumbuh 25 persen setiap tahunnya. Indonesia dengan jumlah
penduduk yang besar tentu memiliki potensi yang juga besar. Selain itu, 69
persen dari responden tersebut memilih ponsel sebagai alat pembayaran. Angka
ini menjadi indikasi adanya peluang bisnis dari pertumbuhan pengguna ponsel
ini.
Di Indonesia,
m-commerce atau transaksi niaga berbasis ponsel memang belum tumbuh secepat
negara Asia lainnya. Akan tetapi, dalam hal konsumsi, penggunaan perangkat
mobile tumbuh kian cepat. Ditambah lagi, menurut studi Nielsen, 48 persen
pengguna internet di Indonesia mengakses internet via ponsel. Hal ini menjadi
penanda besarnya pasar potensial untuk bisnis ini.
Mobile commerce, yang sering disebut m-commerce, secara umum merupakan
aktivitas perdagangan berbasis perangkat bergerak, seperti ponsel. Oleh karena
itu, m-commerce menawarkan kemudahan, baik bagi konsumen maupun produsen dalam
bertransaksi. Hal ini kemudian diyakini dapat memberikan nilai tambah dalam
kegiatan jual-beli barang dan jasa. Konsumen dapat membeli suatu barang cukup
dengan perangkat yang ada di genggaman tangannya. Penjual pun dapat lebih mudah
menawarkan produknya, bahkan tanpa harus membangun etalase dagangannya secara
fisik.
Perkembangan m-commerce
secara nyata dapat kita lihat terutama di sektor perbankan. Sektor ini
menjadi yang relatif paling ramai dalam pemanfaatan perangkat mobile
dibandingkan sektor lainnya, mulai dari transaksi melalui pesan singkat (SMS),
hingga aplikasi yang dibenamkan dalam perangkat mobile.Persaingan pun terlihat
semakin sengit. Berbagai inovasi dimunculkan agar dapat memenangi kompetisi
ini. Sebut saja Commonwealth Bank, yang menanamkan fitur investasi dalam
layanan mobile banking-nya. Melalui layanan tersebut, nasabah dapat memantau
fluktuasi harga saham hingga melakukan pembelian dan penjualan berbagai jenis
investasi. Sekali lagi, semuanya dapat dilakukan cukup dengan ponsel yang
dimiliki nasabah.Selain perbankan, operator juga telah menjalani praktek m-commerce, meskipun tidak secara
menyeluruh. Layanan T-Cash dan Tap-Izy dari Telkomsel, misalnya,
menyediakan bentuk pembayaran transaksi melalui perangkat mobile. Namun
demikian, pelanggan tidak dapat mengakses barang atau jasa yang akan dibeli
secara virtual, melainkan harus mendatangi tokonya secara langsung.
Prospek yang menarik dari m-commerce
ini semakin dilirik oleh kalangan yang lebih luas. Visa, yang layanannya telah
digunakan secara internasional, belum lama ini meluncurkan layanan barunya yang
diberi nama m-saku. Geliat m-commerce
ini rupanya menarik bagi perusahaan yang sebelumnya dikenal melalui layanan
pembayaran berbasis kartu ini.
Revenue Model & Contoh Mobile
Commerce Saat Ini
Revenue
adalah pendapatan yang bisa diperoleh oleh pelaku usaha. Adalah cara suatu
perusahaan menghasilkan revenuenya dari internet. Dimana Revenue model e
commerce ini merupakan suatu pendapatan yang menjanjikan yang tidak dapat di
temui pada system transaksi tradisional. Contoh model bisnis revenue model
adalah :
1.
Commission
based model merupakan model pendapatan yang diperoleh oleh pihak ketiga
(intermediary), yang menjadi market maker atas setiap transaksi yang terjadi di
websitenya. Perusahaan hanya sebagai penyedia tempat transaksi yang akan
mendapatkan persenan keuntungan dari transaksi pembeli dan penjual. Contoh : tokobagus.com,
ebay, PriceLine, VerticalNet.
2.
Advertising
base model merupakan model pendapatan yang diperoleh dari iklan perusahaan lain
yang ditempel di website kita. Setiap orang akan membayar sejumlah uang pada
kita sebagai pemilik website ketika ia menitipkan iklannya di website kita.
Contoh : Yahoo!, AOL, MSN.
3.
Marked
up base model merupakan model pendapatan yang berasal dari selisih harga jual
dan harga beli dari supplier. Model ini biasanya didapatkan oleh toko online,
virtual merchant, e-shop, dan e-tailer. Contoh : Etrade, Amazon.com.
4.
Production
base model merupakan model pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk yang
dibuat sendiri. Produk yang diproduksi akan secara langsung dipasarkan melalui
internet. Contoh : Dell Computer, HP Campaq, IBM.
5.
Reveral
base model merupakan model pendapatan yang diperoleh dari fee karena
mengarahkan pengunjung ke website perusahaan lain, biasanya didapatkan oleh
portal dan search engine perusahaan yang melakukannya antara Google dengan
AdWord-nya dan Yahoo!
6.
Subscription
base model merupakan model pendapatan tetap menurut periode tertentu atas
service yang diberikan kepada user, missal ISP.
7.
Fee
for service based model merupakan model pendapatan fee berdasarkan beberapa
lama atau beberapa banyak user menggunakan service, misalnya perusahaan
penyedia webhosting, email account, ASP (application service provider).
Mobile Commerce merupakan bagian dari e-commerce,
yang spesifik pada proses transaksi yang dilakukan secara elektronik melalui
jaringan internet dan seluler. Selain dilakukan secara remote melalui jaringan
seluler, transaksi m-commerce juga dapat dilakukan secara lokal service dengan
menggunakan koneksi BlueTooth, InfraRed atau RFID.
Beberapa
perangkat yang umum digunakan oleh pengguna untuk melalukan proses m-commerce
diantaranya:
•
Handphone
•
Smart
Phone
•
PDA
•
Laptop/Nettop
•
dan
perangkat handheld lainnya.
Telepon selular dan internet adalah dua fenomena yang paling
menarik menjelang akhir abad lalu. Fenomena yang dimulai pada tahun 1990-an itu
banyak merevolusi cara-cara berbisnis. Apalagi perkawinan dari kedua teknologi
itu telah melahirkan mobile internet, yang lagi-lagi melahirkan the way of
doing business. Inilah cara baru berbisnis yang dapat dilakukan di mana saja,
kapan saja, dan oleh siapa saja.
Secara umum untuk Indonesia, mobile internet masih merupakan
potensi yang belum terlalu banyak tergarap. Infrastruktur telekomunikasi
menjadi kendala terbesar dalam perkembangan mobile internet di Indonesia
meskipun kendala ini telah mulai dihilangkan dengan hadirnya operator IM3.
Definisi m-commerce menurut Ericsson adalah jasa transaksi
terpercaya melalui mobile devices untuk pertukaran barang dan jasa antara
konsumen, pedagang, dan institusi finansial. Jadi selama terjadi transaksi atau
perpindahan uang dengan perantaraan mobile devices maka dapat dikategorikan
sebagai m-commerce. Suatu saat fungsi uang cash akan tergantikan oleh pulsa
sehingga suatu saat akan ada pertanyaan “cash or phone?” Mungkin suatu saat
orang berbelanja kepasar akan membayar dengan pulsa dan ditransfer pulsa
tersebut kepada handphone penjual selanjutnya bukan tidak mungkin pulsa yang
ada dalam handphone penjual tersebut dapat diuangkan kembali melalui ATM. Cikal
bakal hal ini sudah dimulai di Indonesia saat ini dengan adanya infak melalui
SMS.
Menurut
Siemens sistematika m-bussiness dibagi dalam enam kategori yaitu :
1.
Mobile
Commerce yang terdiri dari perbankan, perdagangan, pembelian, ticketing,
perlelangan, travel management, dan lain-lain.
2.
Mobile
Info-Service yang terdiri dari informasi cuaca, pasar modal, berita akses
internet, jasa penetapan lokasi, dan lain sebagainya.
3.
Mobile
Service yang terdiri dari jasa perbaikan, emergency, pengontrolan, serta jasa
telemetika lainnya.
4.
Mobil
Communication yang terdiri dari komunikasi suara, pesan-pesan, SMS, mobile
multimedia, dan lain-lain.
5.
Mobile
Entertainment yang terdiri dari hiburan musik, video, games, lotere, dan
lain-lain
6.
Mobile
Office yang terdiri dari email, penjadwalan, dan direktori.
Aktivitas m-commerce menyangkut berbagai element bisnis yang
terdiri dari institusi layangan keuangan, content provider, infrastructure
provider, dan operator selular. Seluruh elemen tersebut memiliki peluang dan
tantangan tersendiri yang membutuhkan berbagai inovasi.
Ada dua belas bidang usaha di Indonesia ini yang sudah dapat
menjalankan m-commerce yaitu : perbankan, asuransi, ritel, pengelolaan sistem
pajak, jasa kurir, penerbangan, perhotelan, travel, pelayanan publik, media
informasi dan hiburan, media massa, perdagangan saham, dan properti.
Dari kedua belas bidang usaha tersebut diatas, ada enam
bidang usaha yang diprediksikan memiliki masa depan bagus untuk mempraktekkan
m-commerce yaitu : perbankan (contoh : m-banking), penerbangan (airline
reservation), perhotelan (hotel reservation), travel (travel reservation),
layanan publik (pembayaran rekening listrik, telepon, air), dan media informasi
dan hiburan (penjualan ringing tone, informasi jadwal bioskop). Keenam bidang
ini dianggap memiliki tingkat penilaian yang baik dari sisi adopsi masyarakat, prospek
bisnis, dan tingkat kompetisi.
Sedangkan keenam bidang lainnya yaitu : asuransi, ritel,
pajak, jasa kurir dan distribusi, media massa, perdagangan saham, dan property
dianggap belum cerah dimasa sekarang dikarenakan berbagai hal misalnya untuk
perdagangan saham membutuhkan koneksi yang real-time, untuk memanfaatkan SMS
sangat riskan karena dikhawatirkan pesan tidak sampai pada tujuan. Disebut
belum cerah karena kemungkinan berkembang masih terbuka luas. Kendati demikian
mungkin pula ada bidang usaha yang tidak akan berkembang dalam waktu lama.
Keterbatasan
perangkat mobile untuk aktivitas m-commerce
Perangkat
mobile dalam hal ini HP atau smart phone memang berbeda dengan perangkat mobile
lainnya seperti laptop. Disamping kelebihannya yang mudah terkoneksi ke
jaringan telekomunikasi juga terdapat kekurangan mendasar pada perangat
tersebut sehingga secara tidak langsung juga mempengaruhi bentuk fitur dalam
m-commerce. Kekurangan tersebut diantaranya:
1.
keterbatasan power resource
2. tampilan
kecil
3. kehandalan
terkoneksi ke jaringan telekomunikasi.
Kekurangan
di atas akan lambat laun dapat diatasi seiring dengan perkembangan teknologi
yang pesat di bidang tersebut.